Senin, 22 November 2010

Kasus tentang IT (Informasi Teknologi)

Di dunia IT saat ini sering terjadi kasus - kasus yang berhubungan dengan IT. Beberapa kasus diantara mengenai :

Sebuah Keluarga Mengandalkan GPS untuk Mengalahkan Tuntutan Pengadilan
Walaupun pengadilan belum mengakui data GPS sebagai barang bukti, namun kini beberapa pengendara kendaraan bermotor mulai memasangnya sebagai pelengkap dalam menghadapi kekerasan di jalan raya.
Seorang pensiunan deputi kepolisian di California berharap dapat mengalahkan kekakuan hukum yang ada, dengan memperbandingkan tingkat akurasi radar polisi dengan sistem penjelajah GPS (Global Positioning System) yang terpasang pada mobil anak tirinya.

Rude Roger, pensiunan polisi ini membacakan pembelaannya untuk Shaun Malone, anak tirinya yang berusia 17 tahun. Menurutnya, Shaun sangat suka berkendara, itulah sebabnya ia dan istrinya sepakat untuk melengkapi Toyota Celica anak laki-lakinya ini dengan GPS agar dapat selalu mengetahui kecepatan dan lokasi dari mobil anaknya berada.
Awalnya Shaun sangat berkeberatan atas perlengkapan GPS yang dipasangkan orangtuanya pada mobilnya, hingga akhirnya alat ini menjadi teman baiknya karena kejadian tanggal 4 Juli, sewaktu ia tercatat oleh polisi berkendara dengan kecepatan 62 mph di daerah dengan batas 45 mph.
Rude mendorong anaknya untuk melawan tuduhan tersebut setelah ia memperoleh pengambilan data GPS menggunakan unit software dari Colorado, yang menjelaskan bahwa Shaun melaju dalam batas kecepatan selisih 100 kaki dari polisi Petaluma yang menghitungnya lebih cepat saat menilangnya.
“Saya tidak sedang mencoba membuang kesalahan anak saya”, kata Rude kepada CNN. “Namun saya selalu mempunyai keyakinan pada sistem hukum negara. Saya ingin melihat kebenaran menang dan anak saya dapat melihat bahwa sistem bekerja”, sambungnya lagi. Rude yang telah bekerja selama 31 tahun dalam penegakkan hukum mengatakan bahwa Radar memang alat yang baik, namun bukan alat yang tepat, karena dengan mempergunakan GPS tracker data yang dihasilkan tidak diragukan lagi, sebab tidak ada campur tangan manusia dalam hasil datanya.
Sementara itu polisi Petaluma, Lt. John Edward enggan berkomentar mengenai kasus Shaun ini namun ia membantah bahwa GPS lebih akurat dari radar polisi.

Seorang Remaja Mampu Kacaukan System Twitter
Seorang laki-laki berusia 17 tahun asal Australia mengklaim dirinyalah yang bertanggung jawab atas kelemahan keamanan situs microblogging Twitter kemarin, Rabu (22/09). Menurut report dari Mashable, ia telah mengekspos kelemahan keamanan Twitter dengan memberikan update tweet berupa kode-kode yang berkaitan dengan fungsi JavaScript onMouseOver, yang lalu menyebabkan munculnya sebuah pop-up ketika user menggerakkan mouse-nya di pesan tersebut.
Kode tersebut sangat cepat dimodifikasi untuk menampilkan task yang tidak aman, beberapa bahkan membahayakan. Bocah tersebut mengklaim ia telah memodifikasi ide dari user lain (seorang developer asal Jepang) yang menggunakan kode fungsi itu untuk membuat tweet-nya berwarna-warni. Twitter sebelumnya sudah diberi tahu mengenai kelemahannya ini, dan sudah diperbaiki, namun update home page terbaru beberapa waktu lalu menyebabkan kelemahan tersebut muncul kembali.
Kasus ini bagaimanapun sudah ditangani, namun justru menunjukkan betapa rapuhnya system dari Twitter itu sendiri.

Komplotan Remaja Hacker Bikin Grup Bak Teroris
Seorang remaja yang masuk dalam sebuah komplotan telah dituduh melakukan penyerangan DDoS (Distributed Denial of Service). Dmitriy Guzner (18), lahir di Verona, New Jersey telah dituduh membantu penyerangan di server Scientology pada bulan Januari lalu. Guzner telah didakwa melakukan kejahatan berat dan harus membayar denda kerusakan proteksi computer yang dirusaknya sebesar USD 37,500.
Guzne mengidentifikasi dirinya sebagai member dari grup online yang dinamakan Anonymous., sebuah grup mirip ‘teroris’ dunia maya yang memiliki koleksi aktivis Internet di bawah aktivitas online, seperti penyerangan di server Scientology atau yang dinamakan Project Chanology. Seorang member lainnya yang juga ditangkap dan dipenjara adalah pria phedofilia, Chris Forca dan seorang hacker email kandidat wakil presiden, Sarah Palin.
Departmen Pengadilan U.S mengatakan bahwa Guzner akan dimasukkan dalam penjara lebih dari sepuluh tahun. Guzner mengakui bahwa dirinya yang menyebabkan semua transmisi informaasi, kode dan perintah telah dikirmkan ke server Scientology tanpa adanya otorisasi yang kemudian membuat kerusakan computer server. Kerusakan server yang dimaksud adalah tidak sinkronnya integritas data, program, sistem dan semua informasi dalam sistem server yang digunakan untuk komunikasi baik dalam dan luar negeri. Server website Scientology tersebut telah menyebabkan kerugian minimal USD 5.000 untuk satu data person.
Serangan DDoS yang dilakukan Guzner menggambarkan eksistensi sebuah grup yang masing-masing individu membernya dapat menyerang organisasi tanpa rasa bersalah. Dalam kasus ini, skill member dari grup tentang kode penyerangan telah disimpan oleh member yang mengimplementasikan penyerangan. Pada saat yang sama, terdapat member lainnya yang telah mengirimkan fax dengan kertas hitam ke grup untuk mengirim spam melalui line telepon dan menghabiskan toner fax, dengan membuat dering telepon berbunyi terus menerus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar